MENULIS BERITA

Secara umum hakikat berita adalah karya tulis dalam bentuk reportase. Karya tulis yang memberikan informasi peristiwa yang nyata/fakta. Misal, tentang adanya lomba yang diadakan di sekolah, kejadian kecelakaan di jalan raya, kejadian tanah longsor, kejadian banjir bandang, kejadian kebakaran dan lainnya.

Penyampaian informasi/berita kepada khalayak ramai/publik/masyarakat umum, harus menggambarkan kejadian yang sesungguhnya.

Berita memiliki kelebihan tersendiri, yaitu memberi informasi kepada masyarakat dengan cara hunting di tempat peristiwa. Tujuan dan manfaat berita agar masyarakat mendapatkan gambaran yang sesungguhnya tentang sebuah peristiwa. Berita juga merupakan bentuk edukasi, mencerdaskan, bagi yang membaca.

Untuk memperoleh data, langkah yang dilakukan antara lain: bisa dengan wawancara (reporting), bisa dengan investigasi (observasi), bisa dengan turun langsung di tempat kejadian (on the spot).

Data sebagai bekal untuk menulis berita. Tentu saja diperoleh dengan metode pertanyaan 5W+1H (What, Who, When, Where, Why dan How).

SUBSTANSI BERITA

  1. Akurasi, kaidah-kaidah penulisan berita dalam pengertian modern. Yaitu laporan harus bersifat faktual, akurasi, obyektif dan berimbang. Sebagai penjabaran akurasi, maka muncul formula 5W+ 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How)
  2. Obyektif, berita harus merupakan laporan faktual tentang suatu peristiwa sesungguhnya. Berita harus apa adanya. Wartawan/reporter harus menjaga objektifitas berita, laporan/ hunting seyogyanya komperehensif.
  3. Berimbang (balanced), berita merupakan laporan yang obyektif. Tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca atau ada pihak yang merasa dirugikan.
  4. Judul singkat dan jelas. Isi sesuai dengan topik bidikan pemberitaan.
  5. Ending Story (penutup berita) sebagai solusi.

EKSTRA JURNALISTIK

Banyak sekolah yang sudah melaksanakan pembelajaran jurnalistik bagi murid-muridnya. Pembelajaran tersebut biasanya diadakan satu minggu satu kali tatap muka di kelas jurnalistik,

Ini diawali dengan pengenalan dan penggunaan pertanyaan 5 W + 1 H, agar mendapatkan informasi.

  1. What = apa.
    Peristiwa apa yang sedang terjadi?
  2. Where = dimana.
    Dimana peristiwa itu terjadi?
  3. When = kapan.
    Kapan peristiwa itu terjadi?
  4. Why = mengapa.
    Mengapa peristiwa itu bisa terjadi?
  5. Who = siapa.
    Siapa saja yang terlibat atau siapa saja yang mengetahui peristiwa itu?
  6. How = bagaimana.
    Bagaimana kejadiannya peristiwa itu bisa terjadi?

Misalnya, kegiatan siswa dalam latihan menulis berita selalu terkait dengan adanya acara di sekolah. Tentu saja masih dalam bimbingan para guru.

Latihan menulis berita harus dilakukan secara terus menerus. Mulai dari cara mengumpulkan informasi, pengamatan, wawancara, bahkan melakukan investigasi. Ini semua sebagai bahan untuk menulis berita.

Sebagai titik awal untuk menjadi penulis berita, harus berani praktik di lapangan (hunting). Misalnya, ada kegiatan di sekolah. Baik acara seni budaya atau tentang peringatan hari besar.

Bila sudah bisa menulis berita, dilanjutkan latihan menulis profil, menulis biografi, menulis otobiografi dan jenis-jenis penulisan yang lain.

Secara praktis berita dapat diartikan sebagai laporan (reportase) tentang suatu peristiwa yang terjadi. Baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Ada beberapa peristiwa yang bisa ditulis dalam bentuk berita oleh siswa.

  1. Peristiwa yang ditemui di sekitar kita. Misalnya, ada perayaan hari besar di kampung/desa kita, peristiwa perubahan iklim, peristiwa bencana alam, peristiwa kebakaran atau yang lainnya lagi.
  2. Peristiwa yang terjadi di sekolah. Misalnya, ada lomba tari, lomba menyanyi, lomba baris-berbaris, lomba membaca puisi, lomba pidato atau yang lainnya lagi.

STRUKTUR BERITA

Setelah tahu bagaimana menulis berita yang baik, lalu mempelajari tentang batang tubuh berita. Judul, isi berita dan ditutup dengan ending story.

Misal, menulis kronologis peristiwa. Hal tersebut, penulisannya harus berurutan (linear).

Dalam menulis berita, gunakan kata/kalimat yang sederhana agar mudah dicerna.

Dimulai dengan menulis judul berita. Judul berita seyogyanya jangan panjang. Singkat, padat dan jelas.

Lantas menulis isi berita. Isi berita harus sesuai dengan peristiwa yang terjadi di lapangan.

Menulis ending story. Ending story merupakan solusi peristiwa yang terjadi (kejadian). Misal, menulis peristiwa kebakaran. Sebagai solusi, supaya tidak terjadi lagi. Ditulis dalam bentuk saran. Matikan kompor setelah dipakai. Matikan listrik bila bepergian dan upaya solusi lainnya. Baik untuk menulis sebuah peristiwa maupun menulis profil (tokoh, artis) harus ditutup dengan ending story. Sebab berita harus bertujuan sebagai bentuk edukasi. Sudah barang tentu dengan pilihan/diksi kata-kata yang bagus, agar nyaman dibaca.

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan, gunakan komunikasi yang baik, sopan santun kepada narasumber. Narasumber akan memberikan informasi dengan lengkap, detail dan obyektif.

WAWASAN YANG LUAS

Menulis berita sangatlah penting. Sebab masyarakat butuh informasi. Apalagi apabila penulisnya mempunyai wawasan yang luas. Sebab menulis berita tidak semata-mata mentransformasi kejadian/peristiwa. Tetapi Informasi dari narasumber harus ditulis dengan landasan wawasan yang baik, agar penyajian tulisan di media massa (koran, majalah dll) bisa lengkap dan gamblang. Misal, menulis problematik pendidikan, seyogyanya penulis memaham liku-liku pendidikan. Menulis tentang politik, budaya, ekonomi, penulis juga harus mengerti persoalannya (eskalasi) dengan baik. Semuanya itu, agar berita yang ditulis bisa menjadi edukasi untuk masyarakat dan pada gilirannya pembaca bisa memetik manfaat dari apa yang sudah dibacanya. Dengan demikian tulisan tersebut dapat dijadikan bahan informasi yang bermanfaat.

TAHAPAN MENULIS BERITA

  1. Menulis judul berita. Judul berita harus menarik pembaca.
  2. Menulis permasalahan sebuah peristiwa (isi berita). Hal ini harus ditulis secara rinci dan gamblang.
  3. Ending Story, sebagai penutup berita.

INVESTIGASI

Investigasi, ditandai dengan intensitas dalam memburu, mencari sebuah informasi. Dengan investigasi, informasi yang didapat akan lebih detail.

Bila peristiwanya sudah lewat, maka harus dengan cara Investigasi. Mencari narasumber dari berbagai macam sumber. Sudah tentu pada orang-orang yang mengetahui benar peristiwa yang terjadi.

Misalnya, kejadian tsunami di Aceh. Kejadian ini sudah terjadi dalam waktu yang lalu. Penulis/wartawan bila ingin mengetahui lebih dalam tentang kejadian tersebut. Maka dengan investigasi, baru akan tahu detail peristiwa tersebut.

SURAT PEMBACA

Pembaca bisa koreksi setiap berita. Apalagi berita tersebut tidak benar. Maka pembaca bisa mengirim sanggahan atas berita tersebut.
Ini adalah hak bagi pembaca atau masyarakat yang dirugikan oleh pemberitaan di media massa. Artinya pembaca (koran, majalah dll) atau pendengar, pemirsa (tv, radio) yang merasa dirugikan, maka bisa menyampaikan sanggahan atau pembetulan berita tersebut. Sanggahan rersebut tidak boleh dipotong, dikurangi atau disunting oleh redaksi. Sanggahan, pembetulan harus dimuat secara utuh. Maksudnya, semua isi sanggahan atau pembetulan harus dimuat atau disiarkan sesegera mungkin di media massa yang bersangkutan.
Wartawan bisa juga keliru dalam menulis berita. Apalagi bila menggali informasi masih dangkal, lantas keburu diberitakan. Maka kemungkinan salah bisa terjadi.
*
Poedianto

Poedianto bersama Pengawas Depag Surabaya.

Enquire here

Give us a call or fill in the form below and we'll contact you. We endeavor to answer all inquiries within 24 hours on business days.