Proses penyampaian ilmu di bangku sekolah, guru masih dominan sebagai sumber ilmu disamping dari sumber-sumber ilmu yang lain. Tahapan tranformasi ilmu diawali dengan teacher center, student center lalu kembali ke teacher center. Guru memberikan materi ajar, murid menyimak hingga paham terhadap ilmu yang diberikan oleh guru (teacher center). Tahapan berikut, murid menterjemahkan dalam bentuk praktik, tahapan ini murid yang dominan (student center). Tahapan terakhir, guru menilai hasil praktik murid dan memberikan saran-saran kepada murid tentang kekurangan-kekurangan hasil praktik murid (teacher center).
Drs. Dradjat Poespito, Guru Guiding ULP, SMK Pariwisata Satya Widya, Surabaya, mengatakan seorang guru ketika mengajar di kelas harus mampu penguasaan kelas. Sebab jangan sampai mengganggu materi ajar tatkala materi ajar terkendala waktu disampaikan kepada siswa.
“Penguasaan kelas sangat utama. Bila semua siswa di kelas menyimak, tranformasi materi ajar akan diterima siswa akan lancar,” katanya.
Metode pengajaran ada metode ceramah, dril, diferensiasi, quest, wawancara dan metode lainnya. Setiap guru mempunyai metode sendiri dalam menyampaikan materi ajar untuk anak didiknya. Itu bergantung situasi psikologi kelas. Itu juga bergantung pelajaran yang diampu. Pelajaran sejarah, matematika, front office, PKN, house keeping, IPA, guiding, tata hidang, sudah barang tentu beda metode pengajarannya.
Fitri Indah Suradiana, S. Pd, Guru Kimia, SMA Dr. Soetomo, Surabaya, dalam mengajar memakai pembelajaran diferensiasi dengan metode galery walk. Pelajaran kimia tiga kali jam pertemuan (JP) dalam satu minggu per- kelas. Yaitu, 2 JP, 2 JP dan 1 JP (3 kali JP). Prosesnya, guru memberikan materi ajar, lalu guru menanyakan apa sudah diberikan materi tersebut,. Kemudian guru memberikan informasi materi tersebut. Siswa membentuk kelompok (6 siswa/kelompok). Per kelompok bebas memilih cara pemecahan masalah (problem). Lantas per-kelompok mempresentasikan. Ada yang bagian presentasi, ada yang diam ditempat, ada pula yang bagian keliling dari kelompok satu ke kelompok lain dan bertugas mencatat (interaksi) hasil kelompok lain. Di sini terjadi interaksi. Saling bertanya problem pemecahan Dari kesemuanya itu, ujungnya setiap kelompok akan menilai kelompok lainnya (saling menilai). Guru hanya mengikuti proses diferensiasi tersebut.
Pada titik pangkalnya, guru bisa berinisiasi dengan berbagai metode pengajaran untuk mentransformasi ilmu kepada anak didik. Sesungguhnya semua metode pengajaran hanya semata agar anak didik berbudi luhur, berpengetahuan luas dan mempunyai kecerdasan kritis. Pada akhirnya guru sebagai jembatan ilmu.
*
Poedianto