Dua Langkah Kecil Lingkungan Sekolah Non Diskriminatif Gender

Oleh : Nurul Tri Hanik, S. Sos.

Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day). Hari itu, digunakan untuk merayakan segala pencapaian perempuan sedunia dalam berbagai bidang. Seperti sosial, ekonomi, budaya, politik dan bidang lainnya.
Kenapa harus dirayakan? Karena perempuan untuk mencapai posisi seperti sekarang, tentu tidak mudah, sudah barang pasti melalui proses yang panjang. Di masa lalu, diskriminasi berbasis gender adalah fenomena universal, termasuk di negara kita. Dewasa ini, diskriminasi terhadap perempuan juga masih sering dijumpai, meski tidak semasiv dahulu. Sehingga untuk menciptakan lingkungan yang ramah (lebih) dan aman bagi perempuan adalah tanggungjawab bersama. Dimulai dari rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Untuk menciptakan lingkungan sekolah non diskriminatif gender harus dimulai dari membangun kesadaran awal, bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Setiap manusia adalah sederajat, dan memiliki hak-hak yang sama yang harus dihormati, dilindungi serta diperjuangkan.

Langkah ini bisa dimulai dengan membiasakan hal-hal seperti berikut :

1. Memberikan kesempatan yang sama bagi murid laki-laki maupun perempuan dalam hal berorganisasi, terutama hal kepemimpinan. Seperti ketua kelas, ketua panitia acara, ketua koordinator siswa ekstrakurikuler hingga ketua OSIS. Sehingga semua murid, baik lelaki maupun perempuan memiliki hak yang sama, agar bisa terpilih berdasarkan kemampuan dalam kepemimpinan, bukan berdasarkan gender. Hal ini juga termasuk bagian-bagian lain dalam organisasi sekolah. Maka tidak semata menunjuk murid perempuan untuk ditempatkan sebagai bendahara atau sekretaris. Murid laki-laki ditempatkan di bagian perlengkapan atau keamanan. Karenanya menempatkan pada semua posisi di organisasi harus berdasarkan kemampuan.

2. Jangan memberi “label.” Jika berangkat dari ide awal bahwa setiap manusia adalah sederajat dan memiliki hak-hak yang sama dan harus dihormati, maka sudah sepantasnya kita memperlakukan manusia dengan adil terlepas apapun gendernya. Murid laki-laki yang pendiam, jangan disamakan dengan perempuan, karena perempuan bukan sebutan untuk mewakili sesuatu yang dianggap lemah. Pun anggapan bahwa murid laki-laki harus berani, tegas dan percaya diri, sedangkan murid perempuan harus penurut. Padahal sifat-sifat tersebut adalah sifat umum yang tidak khusus diciptakan, diperuntukkan untuk satu gender. Baik murid laki-laki maupun perempuan harus memiliki sifat-sifat baik. Semoga semua ini akan bermanfaat bagi masa depan. Amin * * *

Bantuan

Dengan senang hati kami semua dapat melayani anda untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi sekolah